Pagi ini aku merindukannya.. Ya, sangat. Sudah cukup lama aku tak bertemu dengannya semenjak peristiwa itu. Peristiwa dimana aku merasa tak bisa meneruskan untuk makan karbohidrat lagi. Aku membuat keputusan yang sangat berat dihidupku. Aku meninggalkan semua yang aku senangi. Roti, gorengan, nasi, bubur ayam dan segala yang berbau karbohidrat dan glukosa. Mungkin dilain kesempatan aku akan menceritakan secara detail kenapa aku berubah dan menjauh dari karbohidrat dan glukosa. Karena sekarang aku hanya ingin mendeskripsikan betapa aku merindukannya. Yaaa... Aku merindukan bubur ayam biasanya setiap pagi sarapan itu, tapi kini tiada lagi.
Puncaknya minggu lalu, saat temanku spoiler tentang bubur ayam secara terus menerus. Fyi, temenku memang pecinta bubur jadi bisa dibayangkan bagaimana dia bercerita dengan ekspresi yang sangat bahagia. Sedangkan aku, aku hanya bisa terdiam dan membayangkan saat saat aku dulu. Saat saat dimana aku dengan mudahnya, dengan lahapnya menyantap bubur ayam. Ah tidak... Kali ini sungguh imanku tipis. Aku merindukannya.. Aku ingin makan bubur ayam
Pagi ini aku berusaha melatih indera pendengaran ku, dari kamar tidur ku yang dilantai 2 aku berusaha mendengarkan "lonceng" sendok yang dipukulkan ke piring, suara khas pertanda dari palek bubur ayam yang keliling disekitar perumahanku. Sejenak dari kejauhan aku mendengar suara itu, dengan perasaan bahagia aku keluar dari kamarku menyusuri tangga rumahku, tapi setibanya aku diruang tamu, aku tak mendengar suaranya lagi. Aku risau dicampur perasaan gelisah karena kebelet pipis. Dengan tergesa gesa aku ke wc dan segera kembali ke ruang tamu untuk memastikan aku tidak melewatkan palek bubur ayam. Tidak lama setelah itu, terdengar dengan jelas suaranya, bahagianya aku saat itu, ku bukalah pintu rumahku dengan semangat tapi tak kunjung terbuka juga. Ternyata pintunya terkunci dan aku panik, lalu ku ambil kunci dari lemari yang ada disekitar ruang tamuku, ku buka pintu itu dengan hati yang harap harap cemas, setelah ku buka pintu itu, tak kutemukan sosoknya, sosok palek bubur ayam yang sedari tadi ku tunggu. Sepertinya dia sudah berlalu begitu cepat dengan sepeda motornya itu. Aku pun hanya bisa terdiam sambil memandangi mangkok kosong didepanku. Aku merasa ini hal sepele tapi sungguh aku tak bohong kalau aku merindukannya... Merindukan bubur ayam.
Mungkin kamu berfikir kenapa aku tidak beli diwarung bubur ayam, kenapa harus yang keliling diperumahan... Karena menurutku sensasinya berbeda. Kalau diwarung, mungkin aku harus "dandan" untuk membeli itu dan membutuhkan perjalanan yang cukup jauh. Tapi kalau beli dengan palek bubur ayam yang keliling, aku bisa jadi apa adanya. Aku bisa membelinya dengan rambut yang acak-acakan dan wajah bantal alias baru bangun tidur. Selain rasanya yang tak kalah dengan bubur ayam di warung, ini murah meriah dan sensasinya beda, ketika bangun tidur langsung sarapan. Mungkin kamu akan bilang aku aneh atau jorok, terserah kamu. tapi itulah aku. Mungkin kamu belum merasakan sensasinya dimana
Pagi ini entah kenapa aku jadi seperti ini, aku ingin menuliskan hal hal sederhana dihidupku dengan bahasa yang mungkin agak lebay. Tapi percayalah aku ingin melatih penulisanku agar lebih dimengerti dan dirasakan setiap pembaca, terutama olehmu. iya kamu . Have a nice day ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar